Sebulan Sebelum Menjadi Istri Orang



"Menikah memang tidak seindah kelihatannya. Indah, bisa jadi karena dekorasi atau busana pengantinnya saja. Di luar semua itu, gerbang menuju kepahitan hidup mulai terkuak satu per satu..."

Itulah kalimat yang terus saya yakini dalam hati, supaya jauh dari rasa congkak karena sebentar lagi berhasil menanggalkan status single.

Pemikiran saya pun sederhana, meski lebih tepatnya ini "perhelatan akbar" yang telah 24 tahun lamanya diimpi-impikan kedua orangtua. Ya, anak perempuan ayah dan ibu sebentar lagi akan dipersunting orang. Bukannya tidak mungkin, intensitas berhubungan dengan mereka pun sedikit-banyak pasti berkurang.

Tahukah kalian, menyiapkan pernikahan (sesederhana apapun) itu rumit. Menyatukan banyak kepala, dua keluarga sampai isi dompet yang tidak stabil bukanlah hal mudah.

Lebih dari sekadar sabar dan bekerja keras, menghadapi hal semacam ini butuh perenungan panjang. Bahkan, deadline pekerjaan harus rela ditinggalkan, meski risikonya dipanggil ke ruangan HRD keesokan harinya.

Apalagi saya, yang sama sekali tidak mengandalkan jasa wedding organizer atau semacamnya. Pure, semuanya diurus sendiri. Tujuannya cuma dua; lebih mantap dan bisa merasakan bagaimana susahnya mempersiapkan pernikahan sendiri.

Hingga kini, tepat sebulan sebelum dipersunting orang, saya masih tetap bertahan meski beban di kepala sudah hampir mencapai puncaknya. Saya bukan mengeluh, saya hanya mengutarakan bagaimana rasanya mempersiapkan "perhelatan akbar" yang katanya harus dipersiapkan maksimal ini.

Kadang, di sela jam istirahat kerja, saya pun berpikir satu hal yang belum pernah terbesit sebelumnya, "apakah saya benar-benar siap menjadi istri orang?"

Selanjutnya, normalkah jika saya begini? Jawaban yang mungkin terucap adalah, "wajar lah, namanya juga deg-degan mau jadi pengantin!".

Begitu juga ketika saya dan dia bertemu, obrolan kita menjadi semakin formal saja. Bahasan seputar cetakan undangan, syarat-syarat KUA, sampai perabotan rumah tangga yang akan dibeli apa saja. Lucunya, ini adalah tanda kalau saya dan dia sudah menjadi orang dewasa. Karena sebelum ini, kami adalah pasangan gila dengan obrolan ngalor-ngidul tidak jelas.

Kaget pada awalnya, tapi mampu terbiasa lama-lama. Eh satu lagi, saya dan dia juga menjadi sering bertengkar karena beda pendapat. Kalau kata orangtua, inilah ujian kemantapan sebelum sah menjadi suami-istri. Hihi, saya sambil ketawa sendiri waktu nulis kalimat ini.

Hari-hari saya pun kini diwarnai dengan telepon dari ayah dan calon mertua. Pesan untuk istirahat cukup, makan makanan sehat sampai jaga kondisi keuangan, hampir saya dengar dan terima setiap hari. Begitupun dengan dia, yang juga semakin kebal dengan kebawelan ibu dan calon mertuanya tentang hal yang sama.

Saya dan dia hanya meyakini satu hal tentang ini, cukup menganggapnya sebagai bagian dari do'a sebelum nanti benar-benar bisa pillow talk bersama.

Belum lagi, ejekan teman-teman tentang pergantian status yang sebentar lagi terjadi. Sejauh ini, ejekan yang saya terima masih positif meski ada nada-nada menyindirnya sedikit. Lucunya, banyak juga dari mereka yang menyelamati dengan kalimat, "yes, akhirnya bisa satu bed cover tanpa harus takut digerebek Pak RT!".

Yang pasti, saya tahu bahwa sebulan menjelang pernikahan bukanlah waktu yang lama. Sebentar lagi, saya tidak bisa lagi pulang larut malam karena keasyikan Wi-Fian nonton Suhay Salim di kantor. Selain itu, lapar mata di Shopee juga bukan hal gampang lagi, karena nantinya akan ada tagihan listrik, air sampai iuran sampah yang harus dipikirkan.

Kini, saya semakin sadar bahwa menjadi orang dewasa atau lebih tepatnya menjadi perempuan dewasa itu ibarat sebuah pendakian. Lelah dan ingin berhenti pastilah dirasa, tanpa ada satu orang pun yang bersedia ikut menanggungnya.

Di masa seperti ini, hanya kedewasaan kita dan keberadaan Tuhan yang bisa diandalkan. Belum lagi, kesediaan untuk bangun tengah malam demi memanjatkan pinta terbaik harus mulai rutin dilakukan.

Percayalah, menanti-nanti status menjadi pasangan halal itu mendebarkan, tapi inilah sebaik-baiknya pembelajaran yang telah Tuhan berikan. Do'akan saya, ya. Do'akan juga calon imam saya, supaya selalu dilancarkan rezekinya. ^^

Comments

  1. Ngefaaaaansss! Semoga lancar cik, lah Aku jadi ikut deg-degan

    ReplyDelete
    Replies
    1. 😘😘😘😘😘 semoga minggu depan jodohmu segera dipertemukan Tir :')

      Delete
  2. Aamiin Silvi. Aku baca ini ikutan terharu. Setelah ini giliranku. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin Mbak Lad kesayangan akuuuuuuu... Lancar & bahagia terus ya Mbak 😘

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Demi Glowing 2020; Percayakan Perawatan Wajah dengan NY Glow #GlowingSeries

Tetap Cinta Skincare Lokal; Review Jujur Adoraly Skincare